Diary Johny


Oleh: Nisa’ Maulan Shofa

Cewek punya diary book? Wajar! Kalo cowok punya diary book? Oh, its so freak bro! Tapi Johny punya diary book. Dan dia cowok. Urgh! Geli sendiri aku.
Jangan bingung kenapa aku bisa tahu Johny punya buku diary. Tidak, bukan karena aku pernah mengintip dia saat dia sedang menulis buku diary di kelas. Bukan. Tapi, karena dulu pas pelajaran Bahasa Inggris kan disuruh nulis biodata lengkap tuh. Hobbypun harus di tulis. Dan biodata diri itu di bacakan di depan kelas. Nah saat giliran Johny maju saat dia membacakan bagian hobby, dia mengaku bahwa: “My Hobby is writing. Writing diary book,”. Wah, semua murid pada ketawa saat itu. Akupun. Dan paling keras.
Awalnya tak ada satu niatanpun untuk meminjam diary Johny ( mengambil tanpa permisi, alias ngambil, hehe ). Namun, saking anehnya perilaku Johny akhir-akhir ini, niatan itupun aku terima dengan baik hati dan tidak sombong tapi bo’ong. Hoho J
Semua anak tidak ada di kelas. Dari tadi memang sudah istirahat. Namun, aku tidak keluar. Memang sudah kurencakan. Karena aku sangat penasarn dengan buku diary Johny.
Segera ku ambil buku itu dari tasnya, dan langsung ku pindah ke dalam tasku. ( Eits, jangan tiru adegan berbahaya ini ye, hehe ). Lalu aku langsung pergi keluar.
**
Braght! Tiba-tiba sebuah novel mendarat tepat di mejaku. Dan terlihat Johny memasang muka garang padaku. Kenapa sih? Aduh, jangan-jangan dia tahu kalau aku ngambil buku diarynya. Gaswat banget!
“Kenapa lo?” tanyaku super heran dan hati-hati.
“Kenapa – kenapa! Brengsek lo!” Johny terlihat tambah marah.
“Kesambet setan mana sih lo?” tanyaku tambah heran.
“Lo setan!” sentak Johny dan melenggang pergi. Ada yang aneh dengan Johny. Tapi apa ya?
Beneran nih Johny marah karena buku Diarynya ku ambil? Emang apa sih isinya?
**
Ku tengok jam dinding kamarku. Jam 7 malam. Hoaaaamp…. Kok sudah ngantuk ya? Ah, tidur bentar nggak apa-apa kali ya? Belajar ntarlah pagi-pagi.
Eits, daripada masih sore udah tidur mending baca diary Johny. Aku penasaran, apa sih isinya?
Kucari buku itu di tasku. Soalnya dari tadi siang belum ku keluarkan. Belum sempet, masih sibuk, hehe.
Ku baca buku ini pada lembaran pertama. Semoga tidak terlalu rahasia. Biar aku nggak terlalu merasa berdosa.

Nia adalah adik angkatku. Dia memang tidak tahu akan hal itu. Dan kata Eyang jangan sampai tahu.
Nia diadopsi saat dia masih berumur 2 bulan. Dari Panti Asuhan Sejahtera dia berasal.
Enam belas tahun silam, Eyang sangat menginginkan cucu perempuan. Namun, waktu itu Mama divonis dokter mengidap kanker rahim. Rahim Mamapun diangkat agar kanker itu tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. Dan itu artinya Mama tidak bisa punya anak lagi.
Eyangpun menyuruh Papa untuk mengadopsi seorang bayi perempuan. Papa menurut saja, karena waktu itu Eyang sedang sakit parah. Itulah sebab musabab masuknya Nia ke keluargaku.
Dengan sempurna ku dapat menjelaskan sebab Nia menjadi adikku. Tapi kenapa aku tidak bisa menjelaskan kenapa aku menyayangi Nia bukan sebagai adik?
Padahal dulu, aku sangat membenci Nia. Karena gara-gara Nia masuk ke rumah ini, Eyang melupakanku, yang notabennya aku adalah cucu kandungnya sendiri. Dan mama meninggal karena harus mengurus Nia. Padahal penyakit Mama semakin menggrogoti tubuhnya, karena ternyata penyakit Mama telah menyebar sebelum di operasi. Dan Papa lebih menyayangi Nia di banding aku.
Walau sekarang Eyang sudah tidak ada. Namun, aku dan Papa tidak mengatakan siapa dia sebenarnya. Mungkin, itu karena aku telah menyayanginya. Tapi bukan sebagai adik.

Apa ini? Nia adik angkatnya Johny? Kenapa aku baru tahu hal ini? Dan apa lagi ini? Johny mencintai Nia? Apa maksudnya sih? Ah bodoh ah! Ku buka lagi lembaran berikutnya,

Rabu / 15 Desember 2010
Nia pulang dengan raut wajah riang gembira. Saat ku tanya ada apa, dia malah menjawab, “ Aku menyukai Mas Radit Mas, dan selamanya akan seperti itu,” mendengar jawaban Nia hatiku terasa tercabik-cabik.

Yah aku tahu, dia memang menyukaiku. Aku juga. Dan Johny juga menyukai Nia. Mungkinkah itu sebabnya dia? Ah, jangan negatif thinking gini ah. Mending baca lagi aja.

Jum’at / 17 Desember 2010
Tadi sore ku lihat Radit dan Nia sedang bedua di taman. Benarkah mereka pacaran? Urgh! Hatiku sungguh remuk!

Oh, jadi sore itu Johny melihatku sedang bersama Nia di taman? Sore itu aku memang menembak Nia. Dan dia menerimaku. Dan paginya aku cerita ke Johny tentang hal itu, dia malah marah dan pergi. Jadi itu alasannya.
Aku meneruskan membaca diary Johny lagi. Membaca diary orang asyik juga. Bisa tahu rahasia orang. Tapi, kayaknya nggak asyik kalau aku yang ada di posisinya Johny. Rahasia jadi terbongkar. Tapi, whateverlah. Mending baca lagi, hehe.

Minggu / 11 Desember 2010
Terjawab sudah pertanyaanku. Benar. Mereka sudah jadian. Dan pagi ini mereka akan pergi kencan. Ah, ingin sekali aku mengikutinya.

Rabu / 22 Desember 2010
Waktunya cuci darah. Males! Bosen! Padahalkan aku ingin pergi bersama Nia dan Papa ke makam Mama. Tapi nggak boleh Papa. Sepertinya 2 minggu cepet banget ya? Padahal baru kemarin aku cuci darah. Sampai kapan aku harus hidup dengan bergantung dengan darah orang lain?

Rahasia besar apa lagi ini? Johny cuci darah? Memang sakit apa dia? Mungkin di halaman berikutnya ada penjelasannya.

Sabtu / 25 Desember 2010
Pagi ini aku sungguh tak kuat. Pingsanpun menjadi satu-satunya jalan untuk menunjukkan bahwa aku harus istirahat. Bolos sekolahpun harus kujalani. Dan ke rumah sakit menjadi tujuan akhir. Padahal 3 hari yang lalu aku sudah cuci darah. Namun, kenapa aku pingsan hari ini? Apa kondisiku sudah sangat lemah?


Dua minggu yang lalu dia memang izin tidak masuk sekolah. Bahkan sampai satu minggu tidak berangkat. Aku makin penasaran sebenarnya dia sakit apa? Sebahaya itukah? Mending kubaca lagi aja deh.

Minggu / 26 Desember 2010
Perkiraanku benar. Ginjalku sudah semakin parah. Aku siap jika nyawaku diambil hari ini. Aku tidak ingin terus-menerus menyusahkan Papa. Apalagi membuat Nia cemas.
Papa memang pernah mendonorkan ginjalnya untukku. Namun, hanya 25% kecocokannya. Niapun pernah mencoba. Dan, tidak cocok.
Papa pernah menawarkan iklan donor ginjal untukku. Siapa tahu ada yang cocok. Tapi langsung kutolak. Aku tidak ingin menyusahkan orang lain.

Aku kaget. Tidak percaya. Shock. Histeris. (ah lebay!). tapi suwer aku benar-benar kaget. Johny menderita gagal ginjal? Sejak kapan?

Jumat / 31 Desember 2010
Malam tahun  baru kembali di rumah sakit. Sudah dua kali aku melewati malam tahun baru di tempat ini. Bosen! Hanya bau alcohol yang kucium. Untung ada Nia disini. Walau Papa tidak disini, tapi aku sudah cukup senang karena ternyata Nia lebih perhatian padaku. Abangnya.

Malam tahun barupun di rumah sakit? Boring Total dong. Dan saat itu Johny juga izin selama 5 hari. Berangkat baru tadi pagi. Dan Nia juga izin selama 4 hari. Tidak ada kabar pula.

Jumat / 7 januari 2011
Nia pulang sambil menangis. Dia bilang, Radit memarahinya karena 4 hari tidak masuk sekolah dan tidak ngasih kabar ke Radit.
Berani-beraninya dia menyakiti Nia. Nia sakit aku juga (tapi tidak sebaliknya). Dan jika Radit melukai Nia, berarti Radit juga berurusan denganku.

Nah loh? Kapan aku memarahi Nia? Aku kan Cuma nasehatin dia doang. Kayaknya dia salah nangkep maksud aku nih. Dan kayaknya dia benar-benar kecewa nih.

Sabtu / 8 januari 2011
Hari ini aku harus berangkat sekolah. Walaupun sebenarnya Papa melarangku, tapi aku nekat berangkat. Aku akan ngasih pelajaran ke Radit.

Ngek? Jadi tadi pagi dia marah-marah tuh karena ini? Bukan karena buku diarynya ku ambil? Syukurlah kalau begitu.
Tapi tadi pagi ada yang aneh dari dia? Tapi apa ya? Oh, jangan-jangan dia kambuh lagi. Kan tadi dia bilang kalau sebenarnya dia tidak boleh berangkat kan?
“Radit ada telepon dari Nia,” tiba-tiba terdengar suara Mama dari ruang tengah.
Hey Nia telepon? Akupun langsung berlari menuju ruang tengah. Dan langsung memburu  gagang telepon.
“Halo Nia?” aku memulai pembicaraan.
“Hai Mas Radit,” terdengar suara Nia dari seberang sana. “Mas aku mau ngomong sesuatu. Penting,” lanjutnya lagi.
“Ngomong apa sih?”
“Maaf ya mas. Aku mau kita putus,”
“Loh emang kenapa? Kamu masih marah tentang kemarin?” aku bingung.
“Ini bukan soal kemarin Mas. Aku tahu kok, mas Radit pasti nggak bermaksud marahin aku. Ini karena Mas Johny mas. Aku nggak mau nyakitin dia. Mas Johny sangat penting buat aku. Sekali lagi aku minta maaf ya mas.” Dan telepon berakhir.
Maksud Nia apa sih? Karena Johny? Ah sudahlah. Kali ini aku hanya pasrah. Putus ya putus.
**
“Radit, kamu sudah tahu belum?” tiba-tiba mama masuk kamarku. Tergesa-gesa.
“Tahu apa ma?” aku bertanya dengan santai.
“Johny Dit. Dia meninggal tadi pagi,”
“Innalillah. Mama nggak bohong kan?” aku tidak percaya.
“Nggak. Mama nggak bohong. Tadi papanya Johny yang ngasih tahu.”
Aku langsung beranjak dari kamarku. Mengambil kunci motor. Dan tak lupa diary Johny. Dan langsung meluncur ke rumah Johny.
**
Benar saja. Rumah Johny sangat ramai. Dan ada bendera kuning disana. Aku langsung masuk ke dalam. Dan mencari sosok Nia. Dia pasti sangat sedih.
Aku melihat sosok Nia dengan mata sembab tengah duduk di sudut ruangan.
“Ni, yang kuat ya,” aku duduk di sampingnya.
“Mas Johny mas. Kenapa dia ninggalin aku secepat ini? Katanya dia sayang ama aku. Tapi kenapa dia ninggalin aku?” ujar Nia diiringi sesenggukan.
“Ini Ni,” aku memberikan buku diary Johny.
“Loh? Kok ada di Mas Radit?” Nia kaget.
“Maaf Ni. Kemarin Mas mengambilnya dari tas Johny.”
“Kok mas tega sih? Mas tahu? Gara-gara mas Johny mencari ini, dia menjadi seperti ini,”
“Jadi, Johny meninggal gara-gara buku Diarynya ini?”
“Bukan karena buku diary ini. Tapi karena Mas Radit. Asal mas tahu ya, sebenarnya Mas Johny tidak boleh mempunyai tekanan sedikitpun. Dan gara-gara kelakuan Mas Radit ini, Mas Johny jadi seperti ini. Mas Radit jahat! Sekarang, Nia mohon Mas Radit pergi!”
“Tapi Ni….”
“Mas Radit pergi! Aku nggak mau lihat Mas Radit lagi. Aku nyesel pernah pacaran ama Mas dan membuat Mas Johny sedih. Mas Radit pergi!”
Aku hanya pasrah dan menerimanya. Aku pergi meninggalkan Nia sendiri. Kulirik jenazah Johny yang tengah di doakan. Aku ingin mendekatinya. Namun, aku tidak sanggup. Karena ternyata, gara-gara aku Johny seperti ini.
“Maafin gue John. Sorry udah nyakitin Nia,”

Komentar

Postingan Populer