London: Pertemuan Gilang dengan Goldilocks



Judul : London: Angel
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagasmedia
Tebal : 327 halaman
Cetakan : I, II, 2013
Harga : Rp 52000

**********************


Holaaaaaa...
Aku datang kembali dan membawa sebuah novel yang menurutku... ehm, apa, ya? Kece mungkin lebih tepat untuk menyebut novel ini.
Berjudul LONDON dengan subjudul Angel.

Grrrr~ awalnya aku bingung dengan subjudul-nya. Angel? Malaikat gitu? Agak nggak nyambung, sih, dengan bab-bab awal. Tapi, aku mencoba nggak terlalu pusing dengan ini. Aku harus menikmati cerita Gilang di kota indah itu. Dan... ah, aku memang menikmatinya.



Novel ini merupakan bagian dari seri STPC--Setiap Tempat Punya Cerita--Bukune dan Gagasmedia. Dan London adalah novel kedua dari seri ini yang kubaca setelah Holland: One Fine Day in Leiden. (Baca review-ku di sini --->>> Holland: One Fine Day in Leiden.)

Baik, mari simak ulasan cerita London dulu :)

Di novel London ini Kak Windry Ramadhina mengisahkan tentang Gilang, seorang penulis muda yang novel perdananya tidak selesai-selesai--hehee oke, mari kita lupakan bagian itu xD--yang mengejar cintanya hingga ia terbang jauh-jauh ke London. Ia Ning, sahabatnya sejak kecil yang sekarang bekerja di Tate Modern dan telah membuat Gilang terperangkap akan pesonanya. Enam tahun ia menyimpan perasaannya, dan... yah aku tahu Gilang sangat tersiksa karena itu. Menyembunyikan perasaan atas nama persahabatan.

Sampai di London Gilang tak sekonyong-konyong langsung bertemu dengan Ning. Ia bahkan bertemu dengan hal-hal rumit seputar cinta. Malam pertamanya di London ia mencoba ke kost milik Ning di Colville Place. Dan, ia harus kecewa karena tidak menemukan Ning di sana. Memutuskan untuk ke London Eye, Gilang malah bertemu dengan seorang gadis cantik berambut keemas-emasan yang tengah menikmati hujan dengan payung merahnya.

Dari payung merah itu... segalanya tentang keajaiban cinta dimulai.

Ya ya ya ya... bagai di dunia dongeng kehidupan Gilang malah seakan-akan terpaku pada payung merah itu. Mulai dari ia yang meminjamkan payung merah itu kepada seorang pria yang ia juluki dengan sebutan V--ia bertemu dengan pria itu di pesawat saat perjalanan ke London--yang akhirnya payung itu menyelamatkan rumah tangga pria itu karena ia tidak jadi dicerai oleh istrinya. Astaga, itu terdengar konyol bukan? Rumah tangga bisa terselamatkan hanya karena sebuah payung berwarna merah -_-. Tapi, penceritaan Kak Windry begitu dinamis dan membuat itu seolah nyata dan biasa terjadi di kehidupan normal.

Hari kedua Gilang belum menemukan Ning. Ia menginap di sebuah tempat yang dimiliki oleh seorang wanita judes bernama Madam Ellis. Di balik kejudesan Madam Ellis ada cerita pilu di sana. Ini, menyangkut Mr. Lowesley--pria yang selalu tampak canggung, pemiliki toko buku di seberang Madge--.

Mr. Lowesley ternyata memiliki nasib sama seperti Gilang. Memendam perasaan hanya karena keterbatasan kisah akibat ikatan persahabatan. Heuh, betapa seorang sahabat sangat sulit untuk mencintai sahabatnya sendiri -_-. Namun, lagi-lagi payung merah mengambil alih suasana.

Hari ketiga Gilang akhirnya bertemu dengan Ning. Tapi, perasaan ragu Gilang tiba-tiba muncul ketika ia akan menyatakan perasaannya kepada Ning. Terlebih setelah sahabat Gilang yang di Jakarta berkata bahwa saat Gilang tidak menemukan tanda-tanda yang sama dari Ning--tentang perasaan--maka Gilang dilarang keras mengutarakan cinta kepada gadis itu atau Gilang akan kehilangan Ning sebagai sahabatnya. Namun, keraguan itu seakan sirna ketika Gilang melihat keganjalan dari sikap gadisnya akan seorang pria yang bekerja sebagai seniman absurd di The Piper.

Lagi-lagi, payung merah pemberian Goldilock--gadis berambut keemas-emasan yang menurut gilang seperti malaikat hujan--itu mengambil alih suasana. Ahhh~ ada getir pahit yang ditimbulkan payung merah itu untuk Gilang. Namun, kehidupan bukan sebuah kisah yang monoton. Kehidupan Gilang tak selamanya pahit. Karena tentu saja perjalanan Gilang ke London takkan sia-sia >>>duh, spoiler, deh XD.

Ok, kisah di novel London ini sangat menarik.
Sudut pandang yang dipakai hanya dari posisi Gilang alias memakai PoV pertama. Ya, aku-an. Dan ini, sangat sangat sangat menarik karena bercerita dari sudut pandang pria yang bekerja sebagai editor buku yang tentu saja memiliki wawasan luas dari berbagai buku. Hahahaa,,, aku suka cowok yang suka nulis xD <<Abaikan ini XD.

Tapi, aku merasa ada yang salah dengan harinya. Di awal diceritakan bahwa Gilang pergi ke London selama 5 hari. Tapi, aku merasa Kak Windry kelebihan 1 hari. Baca di bab-bab pertama.

Untuk ending, menurutku London terlalu dipaksakan. Heuh, ini tentang takdir cinta Gilang. Tentang gadis yang akhirnya Gilang lirik. Astaga, percaya atau tidak, aku menebak di awal bahwa Gilang akan berjodoh dengan si Goldilocks. Ternyata, itu salah besar.

Bukan, bukan, aku kecewa dengan ending novel ini bukan karena di London tidak memenuhi keinginanku untuk menjodohkan Gilang dengan Goldilocks, hanya saja endingnya sangat mengejutkan untukku.

Wohaaaa~ sudah berapa banyak spoiler yang kutebar di laman ini? Wkwkwkwk

Baik, sebelum aku menebar spoiler di sini, lebih baik kuakhiri saja. Dan yang terakhir, saatnya nge-rate :D

Berapa bintang, yah? Kukira 8 dari 10 bintang cukup untuk seri STPC berjudul London: Angel ini :D

Bedewe, ini nih payung merah si Goldilocks :D

Hujan London hanya gerimis saja ._.


Aaaaaaaaandddd.... This is my London :D

I love that post card <3 :d="" td="">

Komentar

Postingan Populer