Berpisah Membuka Pintu Pertemuan yang Baru



Siang tadi, saat saya sedang menulis ringkasan tugas kuliah, saya teringat dengan mereka yang menghabiskan waktu bersama saya di bangku putih abu-abu. Ya, saya merindukan mereka. Mereka semua yang telah tertawa, menangis, marah, sebal, dan terharu selama kurang lebih 2 dan bahkan 3 tahun bersama.


Beberapa bulan lalu, sekolah saya menyelenggarakan perpisahan untuk kami. Kami lulus, berpisah, saling mengejar cita-cita sendiri, dan akhirnya sangat jarang bertemu.
Namun, kelas saya, dibandingkan dengan kelas-kelas lainnya, masih memiliki grup sosial media yang tergolong tidak hambar dan kering. Meskipun tidak sering, beberapa post berhasil memiliki komentar hingga melebihi 30. Apalagi bunyi postingan itu jika bukan, "I miss you, guys." atau "Gimana kabar kalian?"

Ya, hanya itu yang kami rasakan. Hanya itu yang ingin kami ketahui. Saya merindukan mereka.

Awalnya, memang banyak air mata yang keluar saat setelah acara doa bersama menjelang ujian nasional. Semua merasakan ketidak inginan untuk berpisah. Terlebih mereka yang memiliki ikatan yang lebih dari teman. Kami seakan tidak rela. Namun, kami sadar, ini memang sudah menjadi siklus. Ketika pertemuan, pasti berakhir dengan perpisahan.



*** 

Segala hal di dunia ini memiliki aturan. Ketetapan yang harus selalu dijalankan apa pun risikonya. Kau memilih untuk berjumpa, maka kau juga harus siap untuk menjumpai perpisahan.



Setelah saya lulus SMA, saya terbang ke Semarang untuk mencari hal klise yang disebut ilmu. Hidup sendiri, tanpa orang tua, dan hanya ditemani dering telepon untuk mengetahui seberapa saya ingat suara orang tua yang menanti keberhasilan saya di rumah.

Di sini, saya tidak memiliki shock condition yang berlebih. Segalanya terasa umum. Terlebih dengan mereka yang disebut "teman baru". Saya merasakan betapa tidak bedanya mereka dengan keluarga kecil di dunia putihabuabu saya. Kocak, gila, hyperactive, dan entah hal-hal aneh apalagi yang kemiripannya sangat kentara.

Mereka, keluarga baru angkatan 2014 kimia, seakan menjadi hal baru yang terasa sangat tak asing. Dan hal ini menyadarkan saya. Bahwa, memang benar jika kita berpisah dengan apa yang telah kita jumpai di momen sebelumnya adalah sebenarnya merupakan kunci untuk membuka pintu perjumpaan yang baru.

Dan, pada waktu yang cukup nantinya, perpisahan itu akan terjadi lagi. Memberikan kunci untuk setiap pelakunya supaya bisa membuka tempat-tempat baru yang mereka inginkan. Mempertemukan kami semua pada rekan-rekan baru yang juga akan menjadi keluarga lagi.

Bukankah siklus perpisahan -- pertemuan ini membuat kita melanglang ke hal-hal baru dan ke orang-orang baru yang nantinya akan kita sebut keluarga? Yang menuntut kita untuk membangun kekompakan kembali dari nol?



Sesungguhnya, Tuhan Maha Cerdik dalam menentukan skenario film kehidupan kita. Percayalah, dia tak pernah menjerumuskan kita ke ketetapan-ketetapan yang membuat kita terpuruk. Sekali pun nanti kita akan melakukan hal-hal "terpuruk" sebenarnya itu hanya sugesti kita yang berlebih.

Jadi, nikmati buah dari perpisahanmu. Mereka yang baru, menantimu dengan tangan terbuka. Untuk lebih memelukmu dengan erat, dan merangkulmu lebih kuat.



Namun, jangan sekali-kali kau ucapkan selamat tinggal. Cukup ucapkan, "Sampai berjumpa kembali."

Komentar

Postingan Populer