Halo, Apa Kabar?


Lagi-lagi, ini tentang rindu. Tentang hal yang selalu menyapa sebuah tempat yang sepertinya usang karena telah lama dikemas dalam keheningan.

Ini masih tentang dia. Tentang seseorang yang selalu saja membuat segalanya terasa campur aduk dalam suatu waktu. Seseorang yang diharapkan suatu hari dapat selalu menorehkan hal yang tak pernah terlupakan meskipun waktu memaksanya.


Aku, di sini, di lembar ini, hanya ingin menyapanya. Bertanya basa-basi dengan segala emoticon manis dan sopan yang tentu saja berharap suasanya cair dan dapat memberikan emoticon-emoticon kurang ajar yang bisa membuat sangkaan keheranan dari orang lain.

Keberanian itu sayangnya tak cukup tinggi untuk mengujarkannya secara langsung. Betapa bodoh, bukan?

Harapan kecil di siang terik ini, semoga kecanggungan segera terusir untuknya. Aku, ingin sekali bertanya, tahu, dan menyapanya, "Halo, apa kabar?".


Apa yang lebih sederhara darioada harapan sederhana ini? Mampu menanyakan kabarnya saja. Tanpa perasaan khawatir apakah dia sudi untuk menjawabnya.

Ketika aku berada di satu titik ini, apa yang bisa kulakukan? Menempuh jarak berkilo-kilo meter hanya untuk mengatakan bahwa aku merindukanmu tanpa tahu bagaimana respons-mu? Itu terasa menggelikan.

Harapan sederhana lainnya adalah, semoga dia menemukan jejak yang kutinggalkan untuknya. Untuknya dapat menemukan seberapa besar hal yang kusimpah untuknya. Untuknya dapat tersadar bahwa seharusnya, dia juga menatap dengan sorot yang sama.

Namun, inilah kenyataan pahit yang semakin membuatku sadar bahwa semua harapan sederhana itu hanya harapan kosong yang tanpa wujud.

Komentar

Postingan Populer